Pengakuan Keluarga Kemat, Terpidana Pembunuh Aldo

JOMBANG - Keluarga Imam Hambali alias Kemat menyampaikan pengakuan mengejutkan. Selama proses sidang, pihaknya mengaku mengeluarkan banyak uang untuk diberikan kepada para jaksa penuntut umum (JPU).

Mereka berharap para jaksa tersebut bisa membantu meringankan hukuman terhadap Kemat. Hariyanto, salah seorang keponakan Kemat, saat membesuk di Lembaga Pemasyarakatan Jombang kemarin mengatakan, setiap kali sidang, pihaknya selalu mengeluarkan sejumlah uang. ''Uang itu dikasihkan untuk semuanya. Mulai jaksa hingga pengacara,'' katanya.

Pria berambut gondrong itu melanjutkan, mereka tidak pernah menampik pemberian uang. Namun, kata Hariyanto, pihaknya tak pernah meminta kuitansi atau bukti pembayaran. ''Itu sayangnya. Tapi, tiap sidang, kami memang memberikan uang ke mereka,'' katanya.

Hal senada diungkapkan Suciati, keponakan Kemat lainnya. Wanita berambut panjang itu menuturkan, kakak perempuan Kemat, Karomah, bahkan mendatangi rumah salah seorang anggota JPU bernama Endang Dwi Rahayu dan memberikan sejumlah uang. ''Saya lupa kapan tanggalnya. Yang jelas, uang yang diberikan sampai Rp 4 juta,'' katanya.

Bukan hanya itu. Sejumlah uang lain pun diberikan. Namun, Suciati tak bisa menyebutkan berapa saja uang yang diserahkan. Sebab, hampir pada setiap sidang pihaknya selalu menyerahkan uang kepada aparat hukum yang hadir di sidang. ''Kadang ada yang kita kasih Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu,'' tuturnya.

Haryanto menambahkan, untuk keperluan itu, keluarga Kemat sudah banyak menjual barang yang dimiliki. Antara lain sawah dijual Rp 26 juta, kemudian sepeda motor yang laku Rp 8 juta, dan beberapa peralatan salon milik Kemat. ''Semua untuk membiayai sidang Kemat,'' katanya.

Namun, kata Haryanto, uang tersebut tidak mampu membantu proses sidang. Bahkan, sidang Kemat dia nilai dipersulit dengan adanya penundaan-penundaan. Kemat akhirnya juga divonis 17 tahun penjara. ''Kalau memang tidak berpengaruh kepada sidang, kenapa uang itu diterima juga sama mereka,'' ujarnya.

Pernyataan dua keponakan Kemat itu dibantah Kajari Jombang Sumardi. Dia mengklaim seluruh jajarannya adalah orang-orang bersih. ''Kami tidak mungkin melakukan itu,'' tegasnya saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor Kejaksaan Negeri Jombang, Jalan Wachid Hasyim, kemarin.

Hal senada diungkapkan Endang Dwi Rahayu, salah seorang anggota JPU yang disebut namanya oleh pihak keluarga Kemat. Dia membantah pernah didatangi keluarga Kemat dan menerima sejumlah uang. ''Saya bersih. Saya tidak mungkin menerima itu,'' katanya.

Sementara itu, pengacara Kemat, Budi Prayitno, mengaku tidak pernah dibayar atau menerima uang dari keluarga kliennya. Dia juga tidak tahu-menahu tentang uang yang diberikan kepada jaksa.

Soal uang jasa pengacara, Budi mengaku, semua diajukan dari total biaya peradilan. "Itu teorinya, tapi kita sering tidak dapat," katanya.

Seperti diberitakan, Kemat disidang dengan tuduhan membunuh Asrori alias Aldo yang jenazahnya ditemukan di sebuah kebun tebu pada 29 September 2007. Dia tidak sendirian. Ikut disidang pula Devid Eko Priyanto dan Maman Sugianto. Kemat divonis 17 tahun penjara, Devid 12 tahun, dan Maman masih proses sidang.

Kemat Bantah Bawa Motor Aldo

Kemarin keluarga Kemat kembali menjenguk saudaranya yang mendekam di penjara. Rombongan itu terdiri atas enam orang. Mereka datang sekitar pukul 09.00.

Jawa Pos
yang mengikuti rombongan tersebut sempat menemui Kemat dan Sugik. Kepada koran ini, Kemat bersikukuh bahwa dia tidak terlibat pembunuhan seperti yang dituduhkan. Beberapa bukti yang dialamatkan kepadanya adalah rekayasa polisi.

Salah satu bukti yang memberatkan itu adalah sepeda motor Yamaha Jupiter milik Asrori yang dia bawa. Motor itu kemudian diparkir di Rumah Sakit Islam (RSI) Jombang sesaat setelah dia membunuh pemuda 19 tahun itu. ''Motor itu pasti ditaruh sendiri sama polisi. Saya tidak pernah memakainya. Kenapa harus memakai motor Asrori? Saya punya sendiri kok,'' katanya.

Kemat menambahkan, dia tidak punya hubungan tertentu dengan Asrori. Mereka dekat hanya karena tempat usaha keduanya berdekatan. Kemat memang membuka Salon Ayu 2 tak jauh dari counter handphone milik Asrori. ''Saya ke counter ya kalau butuh pulsa. Selain itu, nggak pernah saya ke toko dia,'' katanya.

Apalagi, kata Kemat, karakter Asrori pendiam. Dia tak banyak bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Asrori pun tak pernah bercerita mengenai kehidupan pribadinya. ''Saya sendiri tidak tahu, apakah memang Asrori itu gay atau waria,'' katanya.

Padahal, dalam putusan nomor 48/Pid.B/2008/PNJMB disebutkan bahwa rencana pembunuhan itu bermula saat Asrori bercerita kepada Kemat tentang orang yang disukai. Namun, orang yang disukai Asrori itu juga disukai Kemat. Karena tak ingin kalah dalam persaingan, muncullah rencana pembunuhan itu.

0 comments:

Berita Terkini | - -