Jakarta - Kepanikan yang terekam oleh Cockpit Voice Recorder(CVR) pesawat AdamAir PK-KKW dengan nomor penerbangan DHI 574 yang jatuh ke laut, 1 Januari 2007, bikin merinding. Dalam rekaman yang beredar di internet itu, terdengar kepanikan Capten Revri Agustian Widodo dan kopilot Yoga, sesaat sebelum pesawat terjun ke laut.

Beredarnya rekaman CVR itu kemudian menjadi heboh. Soalnya suara percakapan pilot dan kopilot yang terekam di kotak hitam, seperti yang disiarkan di sejumlah televisi swasta di Indonesia, bersifat rahasia.

"Saya heran kok rekaman itu bisa muncul di TV. Padahal seharusnya itu rahasia. Hanya investigator yang melaksanakan penyelidikan itu saja yang boleh tahu," kata mantan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Setio Raharjo.

Menurut Setio, sesuai aturan Annex 13 International Civil Aviation Organisation (ICAO), ada beberapa poin di kotak hitam pesawat yang tidak boleh diungkap ke masyarakat, antara lain isi percakapan pilot dan data kesehatan.

Tiga bulan sebelumnya, 25 Maret 2008, KNKT sebenarnya pernah merilis hasil rekaman flight data recorder (FDR) dan CVR, yang berhasil diangkat pada 27 dan 28 Agustus 2007, diperairan Majene, Sulawesi Barat.

Dalam rilisnya tersebut, KNKT menyebutkan, pilot mengalami masalah navigasi, sehingga perhatiannya terfokus pada permasalahan inertial reference system (IRS) setidaknya selama 13 menit terakhir penerbangan.

Akibatnya, pilot Kapten Revi Agustian Widodo dan kopilot Yoga hanya memberi perhatian minimal pada flight requirement lainnya, termasuk identifikasi dan usaha melakukan koreksi.

Dalam laporan itu disebutkan, kecelakaan pesawat AdamAir PK-KKW dengan nomor penerbangan DHI 574, terjadi sebagai kombinasi beberapa faktor, termasuk kegagalan kedua pilot dalam intensitas memonitor instrumen penerbangan, khususnya dalam 2 menit terakhir penerbangan.

Hal itu kemudian berakibat burung besi itu meluncur ke bawah dengan kecepatan 330 meter per detik atau sekitar 1.050 km per jam. Saat itu, pilot baru berusaha memegang kendali pesawat secara manual. Tapi semuanya terlambat. Bahkan salah satu bagian pesawat patah. Pesawat itu pun menghujam ke perairan Majene dengan kecepatan sangat tinggi. Seluruh penumpang yang berjumlah 102 orang, berikut awak pesawat, tenggelam ke laut.

Laporan KNKT yang dirilis ke publik waktu itu, dalam bentuk grafis dan transkrip. "Kita juga menerima hasil investigasi KNKT. Sementara percakapan pilot di cockpit hanya berupa grafis dan transkrip," jelas Adam Aditya Suherman, Presiden Direktur Adam Skyconnection Airlines kepada detikcom.

Tapi memang, lanjut Adam, anak buahnya sempat terbang ke Amerika Serikat (AS), negara asal pesawat naas tersebut, untuk mendengar percakapan di kotak hitam. Tapi kata Adam, suaranya, maupun isi dialognya berbeda dengan percakapan yang kini tersebar di masyarakat.

Asli atau tidak rekaman CVR di pesawat AdamAir hingga sekarang jadi perdebatan. Pihak KNKT maupun Departemen Perhubungan merasa yakin kalau rekaman yang beredar itu palsu, sekalipun ada kemiripan.

"Rekaman asli di KNKT, tersimpan dalam boks tertutup, bersifat rahasia dan dalam bentuk pita. Yang beredar itu tidak asli dan tidak original" kata Menhub Jusman Syafii Djamal.

Jusman juga menandaskan, beredarnya rekaman tersebut bisa menyesatkan. Alasannya, ujar Jusman, tidak ada seorang ahli dapat menyusun model skenario kecelakaan, hanya atas dasar rekaman pembicaraan pilot semata. Setidaknya analisa bisa dilakukan jika ada pasangan rekaman black box kedua. Yakni rekaman tentang tingkah laku pesawat terbang pada 30 menit terakhir, seperti yang sudah dirilis di website KNKT.

Lain lagi menurut Heru Sutadi, seorang pengamat telematika dari Universitas Indonesia (UI). Kata Heru, dirinya merasa yakin kalau rekaman pembicaraan yang beredar adalah asli. Setidaknya dari sumber yang asli.

Ada beberapa persamaan yang substansial antara rekaman yang beredar dengan yang disimpan KNKT atau Dephub. Misalnya, kalimat "pesawat bambu", instruksi untuk fly heading 070, crossing radial 307 Mike Kilo Sierra dan FMS (Flight Management System) yang bermasalah.

Bukan itu saja, masa krisis yang ada di laporan KNKT dan rekaman yang beredar sama. "Dari rekaman dan hasil laporan KNKT terlihat bahwa masa krisis adalah sama, sekitar 5 menit," jelas Heru, yang juga anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).

Menurut Heru, dengan teknologi digital proses perpindahan data yang asli, yang tersimpan di KNKT, bisa berpindah dengan cepat. Jadi sangat sulit mengatakan kalau data rekaman pembicaraan yang asli tidak tersebar atau bocor ke mana-mana.

"Asli atau tidak, file adalah file. Saya sulit mengatakan kalau rekaman yang beredar tidak asli. Secara fisik memang rekaman yang asli bisa saja ada di dalam box (KNKT). Tapi isi rekaman bukan tidak mungkin tersebar ke mana-mana," begitu kata Heru.

Alasan pembocoran data itu, lanjutnya, bisa beragam motif. "Tapi setidaknya, sebuah kebenaran telah mencari jalannya sendiri. Sebab dari semua kecelakaan pesawat yang terjadi di Indonesia, pemerintah tidak pernah terbuka tentang penyebab pastinya ke masyarakat," keluh heru.

Akibatnya dalam setiap kecelakaan pesawat, penyebab terjadinya hanya menjadi gosip dari mulut ke mulut. Dan yang selalu dijadikan kambing hitam adalah pilot bukan kondisi pesawat.

0 comments:

Berita Terkini | - -